GIRIMARTO, (26/10)_Sosialisasi Warga Peduli AIDS (WPA) yang bersamaan dengan promosi produk ungula desa Selorejo Minggu (25/10/2020) adalah upaya mencegah dan penggulangan sejak dini. Sosialisasi disampaikan oleh Ahmad dari Yayasan Mitra Alam, yayasan yang fokus bergerak dipenanganan penanggulangan dan pencegahan HIV AIDS.
Aids bukanlah penyakit keturunan, melainkan di dapat. AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Sebagian besar orang tertular HIV melalui hubungan seks dengan orang yang terinfeksi HIV, penggunaan jarum suntik bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV, dan kelahiran oleh ibu yang terinfeksi, atau disusui oleh perempuan yang terinfeksi HIV.
Menurut Kastono, Kepala desa Selorejo, “HIV adalah virus yang keberadaanya bagai venomena gunung es yang pada saat sekarang ini konsentrasi masyakat terfokus pada covid 19. Oleh sebab itu bentuk peduli terhadap penyakit berbahaya ini desa selorejo mengadakan sosialisasi terhadap masyarakat agar sadar dan waspada terhadap bahanya HIV AIDS sehingga ada singkronisasi dari kader WPA masyarakat dan pemerintah. Sehingga masyarakat tahu akan bahayanya.cara penularannya, penanganannya, dan perlakuannya terhadap ODHA sehingga tidak ada pengucilan terhadap penderita AIDS HIV.”
Camat Girimarto, Drs. Rujito menyampaikan, “Sosialisasi WPA bertujuan agar masyarakat untuk selalu menerapkan hidup sehat. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan masyarakat lebih tahu perilaku apa yang dicegah supaya tidak terjangkit AIDS. Karena AIDS bisa dicegah, maka sosialisasi dengan mengedukasi adalah langkah bijak yang bisa dilakukan. Sebab mencegah itu lebih baik dari pada mengobati.”
Saat dikonfirmasi Muslichatun, S.Pd Pendamping Desa Girimarto, menyapaikan respon pendamping desa, dengan adanya penyuluhan atau sosialisasi tentang HIV AIDS, semoga membuka wawasan masyarakat tentang HIV AIDS, bahwa yang dijauhi penyakitnya, bukan orangnya. Jadi tidak ada diskriminasi untuk ODHA.
Ahmad, sebagai narasumber dalam sosialisasinya menjelaskan tentang Respon Penanganan Penyakit Menular Berbasis Masyarakat Desa (AIDS, TB dan Covid-19) dalam Era Normal Baru.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
Disebabkan oleh infeksi VIRUS HIV (Human Immuno Deficiency Virus). Virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia. Penularan dari kontak cairan tubuh yang terinfeksi HIV (Darah, Air Mani, Cairan Vagina, ASI). Kelompok Beresiko Tinggi: Orang dengan perilaku Seks Berganti-ganti pasangan tanpa kondom, Pengguna NAPZA suntik bergantian jarum, Anak yang disusui oleh Ibu positif HIV, Orang yang mendapat donor darah/organ tubuh yang terinfeksi HIV.
TB (Tuberculosis) dikenal juga dengan TBC.
Disebabkan oleh infeksi Bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Terdapat 2 jenis infeksi TBC, yaitu TB aktif dan TB laten.
TB aktif : Gejala umumnya Batuk berkepanjangan lebih dari 3 minggu, nyeri dada, dan penurunan berat badan. Orang dengan TB aktif dapat menularkan bakteri pada orang lain melalui percikan ludah (droplets) ketika batuk, bersin, atau berbicara.
TB laten : Pengidap TB tidak menunjukkan gejala, tidak merasa sakit, dan bakteri TB bersifat dorman di dalam tubuhnya, tidak bisa menularkannya pada orang lain. TB laten bisa saja berubah menjadi TB aktif pada saat kekebalan tubuhnya lemah. Kelompok Beresiko : Anak-anak, orang dengan HIV dan AIDS (ODHA), Lanjut Usia (lansia) lebih berisiko karena daya tahan tubuhnya lebih lemah.
Covid-19
Infeksi virus Corona atau virus SARS-CoV-2 disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Corona Virus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti Flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia). Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS).
Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu: Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita COVID-19 batuk atau bersin. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19. Kontak jarak dekat dengan pengidap COVID-19
Cara Kerja Virus HIV dan Virus Corona.
Cara kerja Virus Corona :
Virus yang berhasil masuk ke sel-sel didaerah tenggorokan atau saluran pernafasan akan berkembang biak. Daerah tenggorokan akan dibajak dan menjadi pabrik yang terus menerus memproduksi virus Corona tanpa henti. Jumlah virus makin banyak dan terus menginfeksi lebih banyak sel tubuh, terus menekan dan menyerang akhirnya menembus benteng pertahanan, masuk ke saluran nafas paling dalam yaitu paru-paru.
Sistem pertahanan memberi isyarat ada virus masuk dan harus dibasmi, dikerahkanlah bahan kimia yang disebut “Sitokin” semacam protein kimiawi. Tugasnya adalah memperkuat system kekebalan tubuh hingga melakukan serangan balik untuk merusak virus asing tersebut. Pada kondisi ini muncul rasa nyeri, sakit dan demam pada tubuh.
Sel-sel tubuh yang terinfeksi virus akan teriritasi dan menimbulkan batuk, awalnya batuk kering dan lama-lama batuk berdahak dengan lender tebal yang mengandung sel-sel paru-paru yang mati terbunuh virus. Tahap ini berlangsung sekitar 1 minggu.
Ketika system kekebalan tubuh berhasil memberantas virus, tubuh pulih kembali. Namun bila kalah akan jatuh ke tahap sakit yang lebih serius.Ironisnya kekalahan perang tubuh itu bukan karena imunitas tidak melakukan perlawanan tetapi justru karena system kekebalan tubuh beraksi berlebihan tak terkendali. Sitokin menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan peradangan masif atau disebut “ Badai Sitokin “. Perawatan intensif bisa menolong, tetapi bila penyebaran Sitokin terlalu berat akan menyebabnkan kerusakan diseluruh bagian tubuh. Terutama 6 organ penting : Jantung, Paru-paru, Otak, Ginjal dan saluran Pencernaan.
Prosesnya pada saat virus masuk ke dalam paru-paru, semua kantong udara berukuran kecil yang disebut alveoli akan terinfeksi, Padahal pada gelembung alveoli inilah oksigen (O2) bergerak mengalir ke dalam darah dan Karbon dioksida (CO2) bergerak keluar tubuh.
Inilah kondisi Pneumonia, yaitu kantong-kantong alveoli mulai kebanjiran cairan pekat dan mengakibatkan sulit bernafas. Cairan pekat ini kaya protein sehingga menarik segala kuman untuk datang memangsa. Paru-paru makin rusak. Ditambah akibat “Badai Sitokin”. Pasien tidak bisa bernafas (seperti tenggelam diudara).
Penyebaran Sitokin untuk menghadapi virus akhirnya memicu ketidakseimbangan respon system kekebalan tubuh sehingga menyebabkan peradangan hebat. Kinerja system pertahanan tubuh menjadi hiper reaktif, “Badai Sitokin” malah menggempur kawan sendiri yakni Limfosit T (Sel T) yang merupakan tantara utama pada system kekebalan tubuh sehingga jumlah Limfosit drop seketika. Inilah Akhir periode pertahanan tubuh pasien.
Cara Kerja Virus HIV :
Virus HIV masuk dalam tubuh hanya melalui pertukaran cairan tubuh yang terinfeksi HIV. Semua cairan tubuh manusia yang terinfeksi HIV mengandung Virus HIV. Tetapi cairan dalam tubuh manusia yang memiliki konsentrasi virus yang cukup untuk menginfeksi orang lain hanya terdapat dalam Darah, cairan vagina, Air mani, ASI. Cairan tubuh lain : Keringat, Air Mata, Urine, Ludah, Cairan Otak tidak cukup konsentrasi virusnya untuk menginfeksi.
Virus HIV menyerang sel tubuh manusia pada Limfosit T atau T Sel khususnya pada CD 4. Pada tubuh orang sehat/normal ada sekitar 500 – 1600 mm3 sel CD 4 atau prosentase normal 30%-60% bagian Limfosit T adalah CD 4. HIV akan menyerang sel CD 4 dan akan menggunakannya sebagai pabrik untuk memperbanyak jumlah virus dalam tubuh seseorang.
Lama kelamaan seluruh sel CD 4 akan terinfeksi virus dan dipakai untuk replikasi HIV sehingga sel CD 4 rusak sampai 0 mm3. Ketika jumlah CD 4 berkisar dibawah 200 mm3 biasanya tubuh sudah tidak mampu lagi melakukan perlawanan terhadap infeksi yang masuk. Maka masuklah infeksi-infeksi yang datang mengambil kesempatan ketika kekebalan tubuh lemah (Infeksi Opportunistik).
Infeksi Opportunistik yang paling banyak menyerang tubuh ODHA adalah Infeksi TB, termasuk juga PCP (Pneumonia Pneumocystis). Ketika CD 4 dalam Limfosit T Rusak dan Drop sampai angka dibawah 50 mm3, berbagai infeksi opportunistic akan datang menyerang dan Pertahanan Tubuh seseorang akan bobol. Seseorang yang terinfeksi HIV diharapkan untuk segera mengkonsumsi ARV supaya jumlah virus HIV dalam tubuh dapat ditekan dan CD 4 bisa kembali naik.
Covid-19 menyebabkan korban meninggal dalam waktu 4 – 7 hari, sedangkan HIV membutuhkan waktu bertahun-tahun 5-10 tahun tanpa pengobatan ARV. Infeksi HIV menghancurkan tubuh dengan perang gerilya, kalau Covid-19 menghancurkan dengan perang kilat (blitzkrieg).
Cara Kerja Virus HIV :
Virus HIV masuk dalam tubuh hanya melalui pertukaran cairan tubuh yang terinfeksi HIV. Semua cairan tubuh manusia yang terinfeksi HIV mengandung Virus HIV. Tetapi cairan dalam tubuh manusia yang memiliki konsentrasi virus yang cukup untuk menginfeksi orang lain hanya terdapat dalam Darah, cairan vagina, Air mani, ASI. Cairan tubuh lain : Keringat, Air Mata, Urine, Ludah, Cairan Otak tidak cukup konsentrasi virusnya untuk menginfeksi.
Virus HIV menyerang sel tubuh manusia pada Limfosit T atau T Sel khususnya pada CD 4. Pada tubuh orang sehat/normal ada sekitar 500 – 1600 mm3 sel CD 4 atau prosentase normal 30%-60% bagian Limfosit T adalah CD 4. HIV akan menyerang sel CD 4 dan akan menggunakannya sebagai pabrik untuk memperbanyak jumlah virus dalam tubuh seseorang.
Lama kelamaan seluruh sel CD 4 akan terinfeksi virus dan dipakai untuk replikasi HIV sehingga sel CD 4 rusak sampai 0 mm3. Ketika jumlah CD 4 berkisar dibawah 200 mm3 biasanya tubuh sudah tidak mampu lagi melakukan perlawanan terhadap infeksi yang masuk. Maka masuklah infeksi-infeksi yang datang mengambil kesempatan ketika kekebalan tubuh lemah (Infeksi Opportunistik).
Infeksi Opportunistik yang paling banyak menyerang tubuh ODHA adalah Infeksi TB, termasuk juga PCP (Pneumonia Pneumocystis). Ketika CD 4 dalam Limfosit T Rusak dan Drop sampai angka dibawah 50 mm3, berbagai infeksi opportunistic akan datang menyerang dan Pertahanan Tubuh seseorang akan bobol. Seseorang yang terinfeksi HIV diharapkan untuk segera mengkonsumsi ARV supaya jumlah virus HIV dalam tubuh dapat ditekan dan CD 4 bisa kembali naik.
Covid-19 menyebabkan korban meninggal dalam waktu 4 – 7 hari, sedangkan HIV membutuhkan waktu bertahun-tahun 5-10 tahun tanpa pengobatan ARV. Infeksi HIV menghancurkan tubuh dengan perang gerilya, kalau Covid-19 menghancurkan dengan perang kilat (blitzkrieg).
Siapa Yang beresiko tinggi mengalami kefatalan saat terinfeksi Covid-19.
Data klinis saat ini menunjukkan faktor risiko kematian karena COVID terutama terkait dengan usia lanjut dan komorbiditas lainnya termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit saluran pernapasan kronis, dan hipertensi.
Beberapa orang yang sangat sehat juga menderita penyakit parah akibat infeksi coronavirus. (sumber WHO, 2020). Melihat situasi tersebut sangatlah penting masyarakat menjaga diri untuk tidak tertular dan menularkan Covid-19
Adakah Dampak Pandemi Covid-19 terhadap perilaku masyarakat?.
Saat ini masyarakat sudah mulai terbiasa dengan penggunaan masker. Masyarakat mulai terbiasa dengan aktifitas cuci tangan dan penggunaan Hand Sanitizer. Masyarakat sudah mulai terbiasa melakukan disinfeksi tempat-tempat public yang beresiko infeksi virus atau bakteri. Masyarakat mulai peduli dengan potensi-potensi penularan infeksi virus dan sebagainya.
Mulai melakukan pendataan pendatang dan anggota masyarakatnya yang berada diluar kota. Upaya pengurangan stigma terhadap COVID-19 dan HIV. Apa lagi ? Ini peluang seluruh masyarakat untuk mendorong kebiasaan baik ini, Germas, PHBS di jaga keberlangsungannya
Bagaimana Desa melakukan respon terhadap Infeksi Penyakit Menular dan Tidak Menular?.
Kesiapsiagaan / Pengurangan resiko bencana/ Rencana Contigency infeksi penyakit menular dan tidak menular (termasuk dalam hal ini HIV, TB dan Covid-19). Bagaimana Kegiatan Pendidikan Masyarakat untuk Pencegahan Infeksi HIV, TB, Covid-19 bisa berjalan?. Bagaimana Stakeholder termasuk Pemerintah Desa bisa mengakomodasi kebutuhan Intervensi program penanggulangan HIV, TB, Covid-19 berbasis masyarakat?
Keberadaan Warga Peduli AIDS, atau Forum2 Kesehatan di Desa bisa berdaya? Perlukah mendorong munculnya regulasi ditingkat desa untuk merespon situasi pandemi Covid-19 dan Epidemi HIV dan TB? Pandemi : Penyakit yang menyebar secara global meliputi area geografis yang luas VS Epidemi : Penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode tertentu.
Kesiapan New Normal (Tatanan Kehidupan Normal Baru).
Masa New Normal bukan berarti sudah terbebas dari pandemi melainkan hidup dalam tatanan baru dengan menjalankan aktifitas normal. Setiap orang dianjurkan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Saat ini pandemi masih berlangsung, perlu ekstra perhatian pada kelompok resiko tinggi mengalami fatalitas (anak-anak, lansia, orang dengan penyakit penyerta : jantung, hipertensi, paru-paru termasuk Orang dengan HIV dan AIDS). Kepedulian dan kedisiplinan untuk menerapkan protokol pencegahan saat memasuki New Normal.
Langkah Kongkret.
Mendorong peningkatan kesadaran kesehatan diri. Pelibatan masyarakat untuk intervensi kegiatan, gotong royong dan peduli sesame. Kerjasama antar pemangku kepentingan. Pemanfaatan teknologi informasi komunikasi. Dukungan forum-forum masyarakat dalam aktifitas program pencegahan dan mitigasi penularan penyakit. Salah satunya Warga Peduli AIDS atau bisa diperluas issue nya Warga Peduli Sehat dan lain -lain.
TA, PD, PLD menjadi salah satu actor penting dalam pembangunan kesehatan masyarakat di Desa untuk mendorong program berjalan. Mari selalu Pakai Masker, Jaga Jarak, dan Cuci Tangan. (KG)