Judul buku : Misteri Kembang Wijaya Kusuma
Penulis : Drs. Sastra Pratama
Penerbit : Karya Jaya Surabaya
Halaman : 16
Sinopsis oleh : Intan Anggraini
Kelas : 5 SD N 3 Selorejo
Umur : 10 tahun
Misteri Kembang Wijaya Kusuma
Pada jaman Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Prabu Aji Pamos, ada seorang resi yang terkenal sakti bernama Resi Kano. Kabar kesaktian sang resi sampai pada Prabu Aji Pamos. Sang Prabu iri dengan kesaktia Resi Kano. Dia khawatir jika ada orang yang memiliki kesktian yang melampaui kesaktiannya yang dapat membuat wibawanya turun dimata rakyat kecil. Sang Prabu mencari cara untuk menyusuri atau membunuh Resi Kano. Sebelum pengusiran dilaksanakan oleh raja, Resi Kano sudah mendengar kabar tersebut, diam – diam dia menginggalkan Kerajaan Kediri. Berita kepergian Resi Kano didengar oleh Prabu Aji Pamos yang membuat dia semakin murka.
Resi Kano mencari tempat yang sunyi dan sulit ditempuh manusia untuk bertapa. Dia memohon kepada Yang Maha Kuasa akan nasib dirinya yang diburu – buru oleh Prabu Aji Pamos. Tak lama kemudian Prabu Aji Pamos dan pengawalnya yang gigih sampai ditempat itu. “Jangan ragu – ragu, begitu kita temukan kita harus bunuh Resi Kano yang menjadi sainganku itu.” Kata Prabu Aji Pamos. Sebenarnya pada waktu itu Resi Kano sudah berusaha bersembunyi ditempat sepi dan rahasia, ia berharap Sang Prabu tidak bisa menemukannya. Nam Sang Prabu justru menemukan tempat persembunyiannya dari arah belakang. Pada saat itu Resi Kano sedang bersemedi. Sang Prabu menikamnya dari belakang, yang membuat Resi Kano seketika mati terbunuh, tapi sungguh aneh, jasad Sang Resi tiba – tiba hilang.
Mendadak terdengar gemuruh suara ombak dan angina rebut. Tanah yang dipijak Sang Prabu dan pengawalnya bergetar hebat. “Hai ada apa ini?” seru Sang Prabu. Setelah suara gemuruh reda munculah seekor ular naga raksasa. Ulai itu mendesis – desis hendak memangsa Prabu Aji Pamos. Karena kehebatan dan kedahsyatan ular itu, maka ombak di Pantai Cilacap semakin tinggi dan menakutkan. Karna rasa takut Prabu Aji Pamos memanah ular it dan membuat ular tersebut mati. Berasamaan dengan matinya si ular, tiba – tiba muncullah seorang putri yang cantik, putri itu berkata “Wahai Sang Raja, berkat jasamu aku telah kembali menjadi manusia biasa, namaku Dewi Wasowati. Sebagai balas jasaku akan ku persembahkan cangkok kembang wijaya kusumo. Bunga itu tidak bisa Paduka dapatkan dialam biasa. Siapapun yang memiliki cangkok bunga wijaya kusuma dia akan menurunkan raja – raja yang berkuasa di Pulau Jawa.”
Mendengar keterangan Dewi Wasowati, Prabu Aji Pamos sangat gembira. Ketika Dewi Wasowati menyerahkan cangkok kembang wijaya kusuma, ia berkata “Hendaknya prabu menjadi saksi, pegunungan karang ini saya beri nama Nusa Kembangan, sebab akau menyerahkan kembang wijaya kusama di atas Pulau Karang”. Setelah menyerahkannya Sang Dewi lenyap dan Sang Prabu kembali ke Pantai Cilcap. “Dengan kembang wijaya kusuma ini anak turunku anakn menjadai raja penguasa Tanah Jawa. Sungguh beruntung anakku kali ini.” Kata sang Prabu dengan bangganya. Ia membayangkan betapa mulia nasib keturunannya nanti.
Begitu tinggi angan – angannya memikirkan nasib anak cucu sehingga membuatnya kurang hati – hati dan waspada. Tanpa disadari kembang wijaya kusuma lepas dari tangannya dan terbawa oleh air laut. Setelah sampai di pantai, sang Prabu baru sadar bahwa kembang wijaya kusuma sudah tidak lagi di tangannya. Ia menyesali nasibnya yang tidak membawa cangkok kembang wijaya kusuma.
Amanat : Jangan terlalu terbuai oleh kesenangan dan tetaplah berhati – hati dan selalu waspada dalam keadaan apapun.